Class Meeting Jadi Ajang Pencarian Bakat dan Minat Siswa

Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr

Class meeting yang selama ini identik dengan kegiatan hiburan dan perlombaan antar kelas, kini semakin menunjukkan peran strategisnya dalam dunia pendidikan. Di banyak sekolah dan madrasah, class meeting tidak lagi diposisikan sekadar agenda penutup semester, melainkan menjadi media ilmiah-edukatif untuk mengidentifikasi dan mengembangkan bakat serta minat siswa. Melalui kegiatan yang terstruktur dan terarah, potensi peserta didik dapat dipetakan secara lebih nyata dan kontekstual.

Secara konseptual, bakat dan minat merupakan dua aspek penting dalam perkembangan peserta didik. Bakat berkaitan dengan potensi bawaan yang dapat dikembangkan melalui latihan dan pengalaman, sedangkan minat berhubungan dengan ketertarikan dan kecenderungan individu terhadap suatu bidang tertentu. Class meeting menghadirkan ruang belajar nonformal yang memungkinkan kedua aspek tersebut muncul secara alami, tanpa tekanan akademik sebagaimana di ruang kelas.

Pelaksanaan class meeting umumnya dilakukan pasca asesmen semester, saat siswa berada pada kondisi psikologis yang lebih rileks. Momentum ini sangat tepat untuk mengamati kecenderungan kemampuan siswa. Berbagai cabang lomba olahraga, seni, literasi, keagamaan, dan kreativitas digital disajikan untuk menjangkau spektrum potensi yang luas. Dari sinilah sekolah dan madrasah dapat melihat bakat siswa secara autentik melalui performa nyata, bukan sekadar nilai rapor.

Dalam perspektif pendidikan modern, kegiatan seperti class meeting sejalan dengan pendekatan pembelajaran holistik dan diferensiasi. Pendidikan tidak hanya berorientasi pada capaian kognitif, tetapi juga memperhatikan aspek afektif dan psikomotorik. Ketika siswa diberi kesempatan menampilkan kemampuan sesuai minatnya, proses belajar menjadi lebih bermakna dan berpusat pada peserta didik.

Kepala sekolah dan madrasah di berbagai daerah menilai class meeting sebagai instrumen awal pemetaan potensi siswa. Melalui pengamatan langsung dan evaluasi kegiatan, guru dapat mengidentifikasi siswa yang memiliki kecenderungan kuat di bidang tertentu, seperti olahraga, seni rupa, seni suara, kepemimpinan, hingga keterampilan komunikasi. Data ini menjadi bahan penting dalam penyusunan program pembinaan lanjutan, khususnya pada kegiatan ekstrakurikuler dan kelas pengembangan bakat.

Selain itu, class meeting juga berfungsi sebagai laboratorium sosial bagi siswa. Dalam setiap kegiatan, siswa belajar bekerja sama, berkompetisi secara sehat, mematuhi aturan, serta mengelola emosi. Nilai-nilai ini merupakan bagian integral dari pendidikan karakter yang sulit diperoleh melalui pembelajaran teoritis semata. Proses inilah yang menjadikan class meeting memiliki nilai edukatif yang tinggi.

Peran guru dalam kegiatan ini tidak hanya sebagai pengawas, tetapi juga sebagai observer akademik dan pembimbing. Guru mencatat kecenderungan minat siswa, kemampuan teknis, serta sikap yang ditunjukkan selama kegiatan berlangsung. Pendekatan ini selaras dengan prinsip asesmen autentik, yaitu penilaian yang didasarkan pada kinerja nyata peserta didik dalam konteks yang relevan.

Menariknya, keterlibatan siswa sebagai panitia dan pengelola kegiatan turut membuka ruang bakat di bidang manajerial dan kepemimpinan. Siswa dilatih menyusun perencanaan, mengatur jadwal, menyelesaikan konflik, dan mengambil keputusan. Kompetensi semacam ini menjadi bekal penting bagi siswa dalam menghadapi tantangan pendidikan dan kehidupan sosial di masa depan.

Dari sudut pandang psikologi pendidikan, class meeting juga berdampak positif terhadap motivasi intrinsik siswa. Ketika bakat dan minat mereka diapresiasi, rasa percaya diri meningkat dan berdampak pada semangat belajar di semester berikutnya. Siswa merasa diakui secara utuh, tidak hanya dari sisi akademik, tetapi juga dari potensi personal yang dimiliki.

Agar fungsi class meeting sebagai ajang pencarian bakat dan minat berjalan optimal, diperlukan perencanaan yang matang dan evaluasi berkelanjutan. Kegiatan harus dirancang inklusif, adil, dan edukatif, serta diikuti dengan tindak lanjut berupa pembinaan yang sistematis. Tanpa tindak lanjut, potensi yang muncul dikhawatirkan hanya bersifat sesaat.

Pada akhirnya, class meeting membuktikan bahwa pendidikan dapat berlangsung dalam suasana yang menyenangkan tanpa kehilangan nilai ilmiahnya. Kegiatan ini menjadi jembatan antara proses evaluasi akademik dan pengembangan potensi peserta didik. Dengan pengelolaan yang tepat, class meeting bukan sekadar perayaan akhir semester, melainkan instrumen strategis dalam membentuk generasi siswa yang berprestasi, berkarakter, dan berkembang sesuai bakat serta minatnya

Bulletin Paramadina News-Edisi Desember 2025 MI NU Unggulan Paramadina

Penulis: Lasdi, S.Ag., M.Pd.I., Gr

Kepala MI NU Unggulan paramadina

(Mahasiswa Program Doktor Unwahas-Konsultan Pendidikan dan Pemerhati Pendidikan )