Beranda Pengumuman Login Berita FAQ
MI-NU-UP

MI NU UNGGULAN PARAMADINA

"Mewujudkan Pendidikan Yang Unggul, Berprestasi, Menguasai Iptek Dan Berakhlakul Karimah"

MI NU Unggulan Paramadina

Menciptakan Suasana Madrasah Yang Islami dan Mengamalkan Ajaran Ahlusunnah Waljama'ah

MI NU Unggulan Paramadina

Menyelenggarakan Pembelajaran Yang Aktif, Kreatif, Inovatif, dan Berwawasan Teknologi

MI NU Unggulan Paramadina

Menciptakan Madrasah Sebagai Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan Serta Peningkatan Akhlakul Karimah

MI NU Unggulan Paramadina

Menjadikan Al-Qur'an Menjadi Kajian Dan Hafalan Peserta Didik

MI NU Unggulan Paramadina

Membangun Citra Madrasah Sebagai Mitra Terpercaya Masyarakat

Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah yang Membuat Guru Nyaman dan Berkinerja Optimal

Admin MI NU Unggulan Paramadina 2 days ago 102 views
Artikel Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah yang Membuat Guru Nyaman  dan Berkinerja Optimal

Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah yang Membuat Guru Nyaman 

dan Berkinerja Optimal

Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr

Di sebuah madrasah yang hidup, suasana kerja bukan hanya ditentukan oleh kurikulum atau fasilitas fisik. Ada satu faktor yang sering luput dari perhatian, namun pengaruhnya sangat besar: gaya kepemimpinan kepala madrasah. Cara seorang kepala madrasah berbicara, bersikap, mengambil keputusan, hingga menyikapi kesalahan guru, perlahan membentuk iklim kerja, apakah madrasah menjadi rumah yang menenangkan atau justru ruang yang menekan.

Guru bukan mesin pengajar. Mereka adalah manusia yang bekerja dengan perasaan, nilai, dan dedikasi. Ketika guru merasa nyaman, dihargai, dan didengar, kinerja akan tumbuh secara alami. Sebaliknya, kepemimpinan yang kaku, otoriter, dan penuh kecurigaan sering kali mematikan semangat, bahkan sebelum bel berbunyi.

Dari Pemimpin Struktural ke Pemimpin Kultural

Selama ini, masih ada kepala madrasah yang memimpin sebatas menjalankan fungsi struktural: mengatur jadwal, mengawasi absensi, menegur keterlambatan, dan memastikan administrasi selesai tepat waktu. Semua itu memang penting, tetapi tidak cukup. Madrasah bukan hanya organisasi formal, melainkan juga ruang kultural yang sarat nilai, emosi, dan relasi sosial.

Kepala madrasah yang disukai bawahannya biasanya mampu melampaui peran administratif. Ia hadir sebagai pemimpin kultural, sosok yang mampu membaca suasana batin guru, memahami tantangan di kelas, serta menempatkan kebijakan dalam bingkai kemanusiaan dan nilai-nilai Islam.

“Pemimpin yang baik bukan yang paling sering memberi perintah, tetapi yang paling mampu memberi ketenangan,” ujar seorang guru senior di sebuah madrasah Swasta. Ketika kepala madrasah mampu menciptakan rasa aman, guru akan berani berinovasi tanpa takut disalahkan.

Keteladanan: Bahasa Kepemimpinan yang Paling Jujur

Tidak ada gaya kepemimpinan yang lebih kuat daripada keteladanan. Guru dengan mudah menilai apakah seorang kepala madrasah layak dihormati bukan dari pidatonya, tetapi dari perilaku sehari-hari. Datang tepat waktu, konsisten terhadap aturan, rendah hati dalam bergaul, dan adil dalam mengambil keputusan adalah pesan yang lebih keras daripada seribu instruksi.

Kepala madrasah yang menuntut disiplin tetapi dirinya sering terlambat, atau meminta laporan tepat waktu namun menunda keputusan, perlahan akan kehilangan wibawa. Sebaliknya, kepala madrasah yang disiplin tanpa banyak bicara justru akan diikuti dengan sukarela. Keteladanan menciptakan kepemimpinan yang tidak memaksa, tetapi menggerakkan.

Komunikasi yang Menguatkan, Bukan Menghakimi

Salah satu keluhan klasik guru adalah cara komunikasi pimpinan yang cenderung menyudutkan. Teguran dilakukan di depan umum, kritik disampaikan tanpa empati, dan keberhasilan jarang diapresiasi. Padahal, komunikasi adalah jantung kepemimpinan.

Kepala madrasah yang membuat guru nyaman memahami bahwa setiap guru memiliki latar belakang, beban, dan dinamika personal yang berbeda. Ketika terjadi kesalahan, pendekatan dialogis lebih dipilih daripada vonis sepihak. Teguran disampaikan secara pribadi, dengan bahasa yang membangun, bukan menjatuhkan.

Kalimat sederhana seperti “Mari kita perbaiki bersama” jauh lebih efektif daripada “Ini kesalahan Bapak/Ibu”. Guru yang merasa dihargai akan lebih terbuka menerima masukan dan berkomitmen untuk berubah.

Memberi Ruang, Menumbuhkan Kepercayaan

Gaya kepemimpinan yang disukai guru juga ditandai dengan kepercayaan. Kepala madrasah tidak merasa harus mengontrol semua hal secara detail. Ia memberi ruang bagi guru untuk berkreasi, mencoba metode baru, dan mengembangkan potensi diri.

Kepercayaan ini menumbuhkan rasa memiliki. Guru tidak lagi bekerja karena takut sanksi, tetapi karena merasa menjadi bagian penting dari madrasah. Dalam iklim seperti ini, supervisi tidak dipandang sebagai momok, melainkan sebagai proses pendampingan profesional.

Guru yang dipercaya akan berusaha menjaga kepercayaan itu dengan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Keadilan dan Kepekaan Sosial

Tidak ada yang lebih cepat merusak kenyamanan kerja selain ketidakadilan. Perlakuan istimewa kepada guru tertentu, penilaian subjektif, atau kebijakan yang tidak transparan akan melahirkan kecemburuan dan konflik laten.

Kepala madrasah yang bijak berusaha berdiri di atas semua golongan. Ia menilai kinerja berdasarkan objektivitas, bukan kedekatan personal. Selain itu, kepekaan sosial juga menjadi kunci. Memahami kondisi guru yang sedang sakit, memiliki masalah keluarga, atau beban ekonomi berat adalah bagian dari kepemimpinan yang manusiawi.

Empati tidak mengurangi kewibawaan pemimpin, justru menguatkannya.

Dampak Langsung terhadap Kinerja Guru

Berbagai pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa madrasah dengan iklim kepemimpinan yang sehat cenderung memiliki guru yang lebih disiplin, kreatif, dan loyal. Guru hadir ke kelas dengan semangat, menyiapkan pembelajaran dengan sungguh-sungguh, dan rela terlibat dalam kegiatan madrasah di luar jam mengajar.

Kinerja optimal bukan lahir dari tekanan, tetapi dari kenyamanan psikologis. Ketika guru merasa aman secara emosional, energi mereka tidak habis untuk bertahan, melainkan untuk berkembang.

 Memimpin dengan Hati dan Nilai

Madrasah adalah lembaga pendidikan yang berdiri di atas nilai-nilai luhur. Maka, kepemimpinan di dalamnya pun seharusnya mencerminkan nilai tersebut. Gaya kepemimpinan kepala madrasah yang membuat guru nyaman dan berkinerja optimal bukanlah gaya yang keras dan menakutkan, melainkan tegas namun mengayomi, disiplin namun manusiawi, berwibawa namun rendah hati.

Di tangan pemimpin seperti inilah, madrasah tidak hanya menjadi tempat bekerja, tetapi juga ruang pengabdian. Guru tidak sekadar mengajar, tetapi berkarya dengan sepenuh hati dan dari situlah mutu pendidikan madrasah akan tumbuh secara berkelanjutan.

Bulletin Paramadina News-Edisi Desember 2025 MI NU Unggulan Paramadina


Penulis: Lasdi, S.Ag., M.Pd.I., Gr

Kepala MI NU Unggulan paramadina

(Mahasiswa Program Doktor Unwahas-Konsultan Pendidikan dan Pemerhati Pendidikan )


Informasi

Berita Terkait

Peran Strategis Waka Kurikulum dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Artikel
6 hours ago 61

Peran Strategis Waka Kurikulum dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran

Peran Strategis Waka Kurikulum dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di balik kelas-kelas yang berjalan tertib, pembelajaran yang terencana, serta evaluasi yang teruk...

Selengkapnya
Pendidikan Anak Inklusi
Artikel
1 day ago 53

Pendidikan Anak Inklusi

Pendidikan Anak Inklusi: Merangkul Perbedaan, Menumbuhkan Harapan Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di sebuah ruang kelas yang sederhana, anak-anak duduk berdampingan dengan latar belakang dan kemampuan...

Selengkapnya
Menjadikan Madrasah Rumah Nyaman untuk Tumbuh Kembang Siswa
Artikel
3 days ago 55

Menjadikan Madrasah Rumah Nyaman untuk Tumbuh Kembang Siswa

Menjadikan Madrasah Rumah Nyaman untuk Tumbuh Kembang Siswa Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di balik gerbang madrasah, bukan hanya suara lonceng dan derap langkah kaki yang terdengar. Ada dunia yang...

Selengkapnya