Dari Buku ke Medsos: Pergeseran Pola Literasi Generasi Masa Kini
Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr
Di era digital yang serba cepat, pola literasi generasi masa kini mengalami perubahan besar. Jika dulu buku menjadi sahabat setia dalam mencari pengetahuan, kini media sosial (medsos) justru menjadi halaman pertama tempat generasi muda membuka informasi. Pergeseran ini menciptakan dinamika baru: di satu sisi membuka kemudahan akses, tetapi di sisi lain membawa risiko serius terhadap kualitas pemahaman dan budaya membaca yang sebenarnya.
Era Buku yang Mulai Meredup
Bagi generasi sebelumnya, buku adalah medium utama untuk belajar. Membaca membutuhkan fokus, kesabaran, dan waktu yang panjang. Aktivitas itu membentuk pola berpikir yang sistematis dan mendalam. Namun kini, di tengah derasnya arus digital, budaya membaca buku perlahan tergeser. Banyak remaja menganggap membaca buku sebagai aktivitas berat dan melelahkan. Perpustakaan sepi, sementara timeline media sosial justru dipenuhi konten ringkas yang menghibur.
Fenomena ini bukan hanya terjadi di kota besar, tetapi telah merambah hingga pelosok negeri seiring naiknya penetrasi internet. Pola literasi pun mengalami metamorfosis besar: dari membaca teks panjang ke konsumsi konten instan dan visual.
Medsos sebagai Ruang Baru Literasi
Media sosial kini menjadi “buku modern” bagi generasi masa kini. Instagram, TikTok, Facebook, hingga X (Twitter) menawarkan informasi cepat dalam bentuk video, grafis, atau potongan teks singkat. Menariknya, banyak pengguna mengaku lebih mudah memahami konten visual dibanding harus membaca halaman demi halaman buku.
Namun, pola konsumsi seperti ini membawa dua sisi mata uang:
Sisi Positif
1. Akses Informasi Lebih Cepat dan Luas
Generasi muda bisa mempelajari berbagai topik hanya dari gawai mereka: sains, bisnis, teknologi, motivasi, hingga agama.
2. Konten Edukatif Bermunculan
Banyak kreator konten menyajikan ilmu pengetahuan dalam format sederhana dan menarik, sehingga menghidupkan literasi di ranah digital.
3. Interaksi dan Diskusi Lebih Dinamis
Medsos memungkinkan pengguna untuk berdiskusi langsung, berkomentar, dan berbagi pandangan, sesuatu yang sulit didapat dari buku.
Sisi Negatif
1. Pemahaman yang Dangkal
Konten pendek sering membuat pembaca memahami isu secara setengah-setengah. Literasi kritis menurun karena informasi hanya diterima di permukaan.
2. Mis- dan Disinformasi
Medsos menjadi lahan subur hoaks. Generasi muda tak selalu mampu membedakan mana informasi valid dan mana yang manipulatif.
3. Menurunnya Kemampuan Membaca Mendalam
Durasi perhatian (attention span) kian pendek, membuat generasi masa kini kesulitan membaca teks panjang. Buku terasa “melelahkan”.
Pergeseran Budaya: dari Mendalam menjadi Instan
Perubahan pola literasi bukan hanya soal media, tetapi juga cara berpikir. Buku mendidik pembaca untuk menganalisis secara mendalam. Sebaliknya, medsos membentuk budaya serba cepat dan instan. Informasi tidak lagi digali, melainkan cukup dilihat sepintas.
Akibatnya, kemampuan berpikir kritis melemah. Banyak remaja lebih percaya pada figur influencer ketimbang sumber akademik. Fenomena "viral" sering menjadi patokan kebenaran baru, meski tidak selalu tepat. Pergeseran ini menunjukkan bahwa literasi generasi masa kini bukan menurun secara jumlah, tetapi bergeser dari kualitas ke kuantitas.
Guru dan Orang Tua dalam Pusaran Perubahan
Pergeseran literasi ini menuntut peran aktif guru dan orang tua. Tak realistis jika generasi sekarang dipaksa kembali sepenuhnya ke budaya buku seperti masa lalu. Dunia mereka berbeda. Tantangan yang sesungguhnya adalah mengarahkan mereka agar bijak memanfaatkan media sosial tanpa meninggalkan literasi mendalam.
Guru perlu memasukkan literasi digital dalam pembelajaran: mengajarkan cara memverifikasi informasi, mengenali sumber kredibel, dan membedakan fakta dari opini. Sementara orang tua perlu memberi contoh budaya membaca tidak hanya dengan buku, tetapi juga artikel panjang, jurnal, dan konten edukatif yang berkualitas.
Solusi: Menjembatani Buku dan Medsos
Daripada menempatkan buku dan medsos dalam posisi saling berlawanan, keduanya justru bisa dipadukan. Beberapa langkah dapat dilakukan untuk menguatkan literasi generasi masa kini:
1. Mendorong Konten Edukatif yang Berkualitas
Kreator konten, guru, dan institusi pendidikan perlu memproduksi konten digital yang informatif, namun tetap berbasis data ilmiah.
2. Membiasakan Membaca Mendalam
Program reading time, klub literasi, atau tantangan membaca buku bisa menjadi strategi untuk menghidupkan kembali cinta buku.
3. Mengintegrasikan Teknologi dalam Pembelajaran
Buku digital, platform membaca, dan pembelajaran berbasis media visual dapat menjadi pintu masuk literasi modern yang seimbang.
4. Edukasi Literasi Digital
Generasi muda perlu dibekali cara menyaring informasi, agar tidak mudah terjebak hoaks atau propaganda.
5. Membangun Keteladanan
Guru, orang tua, dan tokoh masyarakat harus menunjukkan perilaku literasi yang sehat, baik offline maupun online.
Literasi Harus Beradaptasi, Bukan Menyerah
Pergeseran literasi dari buku ke medsos adalah fenomena global yang tak bisa dihindari. Namun itu bukan alasan untuk membiarkan kualitas literasi menurun. Justru ini menjadi momentum untuk merumuskan literasi baru yang relevan dengan zaman: literasi yang tetap mendalam, tetapi mampu beradaptasi dengan pola konsumsi digital generasi masa kini.
Pada akhirnya, tantangan terbesar kita bukan mempertahankan masa lalu, tetapi memastikan generasi hari ini memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan bijak di tengah banjir informasi. Literasi harus mengikuti zaman, namun
Bulletin Paramadina News-Edisi Desember 2025 MI NU Unggulan Paramadina
Penulis: Lasdi, S.Ag., M.Pd.I., Gr
Kepala MI NU Unggulan paramadina
(Mahasiswa Program Doktor Unwahas-Konsultan Pendidikan dan Pemerhati Pendidikan )
Peran Strategis Waka Kurikulum dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di balik kelas-kelas yang berjalan tertib, pembelajaran yang terencana, serta evaluasi yang teruk...
Selengkapnya
Pendidikan Anak Inklusi: Merangkul Perbedaan, Menumbuhkan Harapan Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di sebuah ruang kelas yang sederhana, anak-anak duduk berdampingan dengan latar belakang dan kemampuan...
Selengkapnya
Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah yang Membuat Guru Nyaman dan Berkinerja Optimal Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di sebuah madrasah yang hidup, suasana kerja bukan hanya ditentukan oleh kurikulum at...
Selengkapnya