Gerakan Ayah Mengambil Rapor
Langkah Strategis Menguatkan Pengasuhan dan Karakter Peserta Didik
Oleh: Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr
Di banyak sekolah dan madrasah, pengambilan rapor masih kerap dipersepsikan sebagai urusan ibu. Pemandangan ayah yang hadir ke sekolah sering kali menjadi pengecualian, bukan kebiasaan. Padahal, kehadiran ayah dalam momen penting pendidikan anak bukan sekadar formalitas administratif, melainkan pesan psikologis dan sosial yang sangat bermakna. Dari sinilah Gerakan Ayah Mengambil Rapor menemukan relevansinya sebagai langkah strategis dalam memperkuat pengasuhan dan membentuk karakter peserta didik.
Gerakan ini bukan sekadar imbauan simbolik, melainkan intervensi pendidikan yang dirancang untuk menjawab persoalan mendasar dalam dunia pengasuhan modern, yakni minimnya keterlibatan ayah atau fenomena fatherless. Fenomena ini tidak selalu berarti ketiadaan ayah secara fisik, tetapi lebih pada absennya peran ayah dalam proses emosional, pendidikan, dan pembentukan nilai anak.
Ayah, Rapor, dan Pesan Psikologis bagi Anak
Kehadiran ayah saat mengambil rapor membawa pesan yang sangat kuat bagi anak: bahwa pendidikan mereka bernilai, diperhatikan, dan menjadi tanggung jawab bersama kedua orang tua. Dalam perspektif psikologi pendidikan, kehadiran ayah mampu meningkatkan rasa aman, harga diri, serta motivasi belajar peserta didik. Anak merasa perjuangannya di sekolah diakui, bukan hanya oleh guru, tetapi juga oleh figur otoritas di dalam keluarga.
Lebih dari itu, momen pengambilan rapor membuka ruang dialog antara ayah, guru, dan sekolah. Ayah tidak hanya menerima angka dan catatan akademik, tetapi juga memperoleh gambaran utuh tentang karakter, sikap, dan perkembangan sosial anak. Interaksi ini memperkuat sinergi antara keluarga dan sekolah sebagai dua pilar utama pendidikan.
Strategi Pencegahan Fenomena Fatherless
Fenomena fatherless telah menjadi perhatian serius dalam kajian pendidikan dan sosial. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak yang tumbuh dengan minim keterlibatan ayah berisiko mengalami masalah kepercayaan diri, kesulitan regulasi emosi, rendahnya motivasi belajar, hingga problem perilaku di usia remaja.
Gerakan Ayah Mengambil Rapor hadir sebagai langkah preventif yang sederhana namun strategis. Dengan mendorong ayah untuk terlibat secara langsung dalam aktivitas sekolah, lembaga pendidikan secara tidak langsung membangun kesadaran kolektif bahwa pengasuhan bukan tugas tunggal ibu. Ayah tidak lagi ditempatkan semata sebagai pencari nafkah, melainkan sebagai pendidik pertama dan utama di rumah.
Dalam konteks ini, sekolah tidak hanya berfungsi sebagai institusi akademik, tetapi juga agen perubahan sosial yang mendorong transformasi pola asuh keluarga.
Dampak terhadap Penguatan Karakter Peserta Didik
Keterlibatan ayah memiliki korelasi kuat dengan pembentukan karakter anak. Anak yang melihat ayahnya hadir di sekolah cenderung memiliki disiplin yang lebih baik, rasa tanggung jawab yang tinggi, serta sikap hormat terhadap aturan. Kehadiran ayah juga memperkuat internalisasi nilai-nilai seperti kerja keras, kejujuran, dan konsistensi.
Secara tidak langsung, gerakan ini juga mendukung penguatan pendidikan karakter yang selama ini digaungkan dalam kebijakan pendidikan nasional. Pendidikan karakter tidak cukup hanya diajarkan di ruang kelas, tetapi harus diperkuat melalui keteladanan nyata di lingkungan keluarga.
Perspektif Ilmiah dan Kebijakan Pendidikan
Dari sudut pandang ilmiah, Gerakan Ayah Mengambil Rapor sejalan dengan pendekatan parental involvement yang menekankan pentingnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak. Keterlibatan ini terbukti berkontribusi positif terhadap prestasi akademik, kesejahteraan psikologis, dan keberhasilan jangka panjang peserta didik.
Dalam kerangka kebijakan, gerakan ini dapat diposisikan sebagai praktik baik (best practice) yang layak direplikasi. Sekolah dan madrasah dapat mengintegrasikannya ke dalam program penguatan peran orang tua, tanpa membebani kurikulum, namun berdampak signifikan pada ekosistem pendidikan.
Tantangan dan Upaya Penguatan
Tentu, implementasi gerakan ini tidak lepas dari tantangan. Faktor pekerjaan, budaya patriarki, serta anggapan bahwa urusan sekolah adalah ranah ibu masih menjadi kendala. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan persuasif dan edukatif, bukan koersif. Sekolah perlu membangun narasi bahwa kehadiran ayah adalah bentuk kasih sayang, tanggung jawab, dan investasi jangka panjang bagi masa depan anak.
Fleksibilitas waktu, komunikasi yang efektif, serta dukungan dari tokoh masyarakat dan pemangku kepentingan pendidikan menjadi kunci keberhasilan gerakan ini.
Gerakan Ayah Mengambil Rapor adalah langkah kecil dengan dampak besar. Ia bukan hanya tentang siapa yang datang ke sekolah, tetapi tentang perubahan cara pandang terhadap pengasuhan dan pendidikan anak. Ketika ayah hadir, anak merasa lebih kuat. Ketika keluarga dan sekolah bersinergi, karakter peserta didik tumbuh lebih utuh.
Di tengah tantangan zaman dan kompleksitas persoalan generasi muda, menghadirkan ayah dalam ruang-ruang pendidikan adalah strategi cerdas, manusiawi, dan visioner. Sebab pendidikan yang kuat selalu berangkat dari keluarga yang peduli.
Bulletin Paramadina News-Edisi Desember 2025 MI NU Unggulan Paramadina
Penulis: Lasdi, S.Ag., M.Pd.I., Gr
Kepala MI NU Unggulan paramadina
(Mahasiswa Program Doktor Unwahas-Konsultan Pendidikan dan Pemerhati Pendidikan )
Peran Strategis Waka Kurikulum dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di balik kelas-kelas yang berjalan tertib, pembelajaran yang terencana, serta evaluasi yang teruk...
Selengkapnya
Pendidikan Anak Inklusi: Merangkul Perbedaan, Menumbuhkan Harapan Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di sebuah ruang kelas yang sederhana, anak-anak duduk berdampingan dengan latar belakang dan kemampuan...
Selengkapnya
Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah yang Membuat Guru Nyaman dan Berkinerja Optimal Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di sebuah madrasah yang hidup, suasana kerja bukan hanya ditentukan oleh kurikulum at...
Selengkapnya