Guru di Era Digital
Antara Tuntutan Teknologi dan Misi Mulia Membangun Akhlak
Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr
Di era ketika teknologi berkembang lebih cepat dari kecepatan manusia memahaminya, profesi guru menghadapi tantangan yang tak pernah muncul pada generasi sebelumnya. Dunia pendidikan kini berada dalam pusaran revolusi digital kelas berubah, metode pengajaran berevolusi, dan ekspektasi terhadap guru meningkat berkali lipat. Namun di tengah derasnya arus perubahan itu, satu hal tetap tak tergantikan: guru adalah pendidik akhlak sebelum menjadi pengajar ilmu.
Teknologi Maju, Tanggung Jawab Guru Kian Luas
Revolusi digital menuntut para guru untuk tidak hanya menguasai materi pelajaran, tetapi juga literasi teknologi. Gadget, aplikasi pembelajaran, multimedia, kecerdasan buatan, dan sistem digitalisasi sekolah menjadi bagian dari rutinitas pendidikan masa kini. Guru yang tidak beradaptasi berpotensi tertinggal, dan lebih jauh lagi, bisa menghambat perkembangan murid.
Oleh sebab itu, guru era digital dituntut melek teknologi. Mereka harus mampu mengoperasikan perangkat digital, mengembangkan media pembelajaran modern, mengelola kelas virtual, hingga memanfaatkan platform digital sebagai sarana evaluasi. Kemampuan itu bukan lagi nilai tambah, melainkan kebutuhan pokok.
Namun, ada garis batas yang tak boleh terlewati: teknologi hanya alat, bukan tujuan. Tetap diperlukan kebijaksanaan guru untuk menempatkan teknologi dalam proporsi yang benar, agar kemajuan digital tidak menggeser nilai-nilai moral yang melekat dalam dunia pendidikan.
Guru: Bukan Sekadar Transfer Ilmu, tetapi Penumbuh Akhlakul Karimah
Kecanggihan teknologi menawarkan segala kemudahan, namun tidak dapat menggantikan peran esensial manusia. Kecerdasan buatan mampu menjawab pertanyaan, mesin mampu mengoreksi tugas, tapi hanya guru yang mampu mengajarkan akhlakul karimah dengan keteladanan.
Inilah pembeda utama guru era digital dengan teknologi secanggih apa pun. Sopan santun, empati, kesantunan sosial, kejujuran, keikhlasan, disiplin, dan tanggung jawab adalah nilai-nilai yang tidak bisa diajarkan oleh komputer. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi membentuk karakter, sebuah tugas besar yang menentukan arah masa depan bangsa.
Realitas ini menjadi pengingat bahwa meski teknologi menjadi kebutuhan, guru tetaplah pilar utama dalam pembentukan moral generasi. Anak-anak tidak hanya belajar dari instruksi, tetapi dari contoh yang mereka lihat setiap hari dari gurunya.
Menjembatani Dunia Digital dan Nilai-Nilai Kemuliaan
Keluwesan guru menghadapi era digital tidak hanya diukur dari kemampuannya mengoperasikan teknologi, melainkan dari kemampuannya menggabungkan kemajuan digital dengan pendekatan humanis. Guru yang berhasil adalah mereka yang mampu memanfaatkan teknologi untuk memperkaya pembelajaran, namun tetap menanamkan nilai-nilai adab dan akhlak dalam setiap prosesnya.
Misalnya:
• Menggunakan video edukatif bukan hanya untuk memudahkan pemahaman, tetapi untuk menanamkan nilai tanggung jawab dan rasa ingin tahu.
• Menerapkan aplikasi pembelajaran bukan hanya untuk mengukur kemampuan akademik, tetapi untuk melatih kemandirian.
• Menggunakan platform digital bukan hanya untuk memberi tugas, tetapi untuk membangun komunikasi beretika yang santun dan terarah.
Teknologi seharusnya menjadi alat yang memperkuat karakter, bukan sebaliknya.
Menghadapi Tantangan, Menjemput Peluang
Guru era digital menghadapi setidaknya tiga tantangan besar:
1. Kemampuan Adaptasi Teknologi
Tidak semua guru lahir dan tumbuh dalam lingkungan digital, sehingga pembiasaan menggunakan teknologi membutuhkan proses. Keterbatasan fasilitas juga masih menjadi kendala di banyak daerah.
2. Kompetisi dengan Sumber Belajar Digital
Murid dapat belajar dari mana saja, YouTube, platform daring, bahkan AI. Guru harus mampu menjadi sumber belajar yang lebih bermakna dan relevan.
3. Menjamin Pendidikan Karakter di Ruang Digital
Mendidik akhlak melalui layar bukan tugas mudah, sehingga guru perlu strategi baru agar nilai karakter tetap tersampaikan.
Di balik tantangan ini, era digital justru membuka peluang luas:
• Meningkatkan variasi metode mengajar,
• Mempercepat administrasi dan evaluasi,
• Memperluas jangkauan pembelajaran,
• Menciptakan pembelajaran lebih menarik,
• Menjadikan guru kreatif dan inovatif.
Peluang itu dapat diraih bila guru tidak hanya mau belajar, tetapi juga terus berkembang seiring perkembangan zaman.
Guru Era Digital: Menyatu dengan Teknologi, Berpegang pada Akhlak
Pada akhirnya, guru di era digital harus mampu menempatkan diri sebagai pemimpin pembelajaran. Mereka harus fasih teknologi agar tidak tertinggal, namun tetap teguh dalam misi mendidik dengan akhlakul karimah. Karena sehebat apa pun teknologi, ia tidak bisa menggantikan nilai kemanusiaan yang dimiliki seorang guru.
Era digital membutuhkan guru yang:
• Terampil menggunakan teknologi,
• Kreatif merancang pembelajaran,
• Bijaksana menempatkan digitalisasi sebagai alat,
• Dan tetap menjaga martabat pendidikan melalui keteladanan akhlak.
Teknologi dapat menggeser banyak profesi, tetapi profesi guru tidak akan pernah tergantikan, selama guru mampu memadukan kecanggihan digital dengan nilai-nilai kemuliaan karakter
Bulletin Paramadina News-Edisi November 2025 MI NU Unggulan Paramadina
Penulis: Lasdi, S.Ag., M.Pd.I., Gr
Kepala MI NU Unggulan paramadina
(Mahasiswa Program Doktor Unwahas-Konsultan Pendidikan dan Pemerhati Pendidikan )
Peran Strategis Waka Kurikulum dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di balik kelas-kelas yang berjalan tertib, pembelajaran yang terencana, serta evaluasi yang teruk...
Selengkapnya
Pendidikan Anak Inklusi: Merangkul Perbedaan, Menumbuhkan Harapan Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di sebuah ruang kelas yang sederhana, anak-anak duduk berdampingan dengan latar belakang dan kemampuan...
Selengkapnya
Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah yang Membuat Guru Nyaman dan Berkinerja Optimal Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di sebuah madrasah yang hidup, suasana kerja bukan hanya ditentukan oleh kurikulum at...
Selengkapnya