Beranda Pengumuman Login Berita FAQ
MI-NU-UP

MI NU UNGGULAN PARAMADINA

"Mewujudkan Pendidikan Yang Unggul, Berprestasi, Menguasai Iptek Dan Berakhlakul Karimah"

MI NU Unggulan Paramadina

Menciptakan Suasana Madrasah Yang Islami dan Mengamalkan Ajaran Ahlusunnah Waljama'ah

MI NU Unggulan Paramadina

Menyelenggarakan Pembelajaran Yang Aktif, Kreatif, Inovatif, dan Berwawasan Teknologi

MI NU Unggulan Paramadina

Menciptakan Madrasah Sebagai Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan Serta Peningkatan Akhlakul Karimah

MI NU Unggulan Paramadina

Menjadikan Al-Qur'an Menjadi Kajian Dan Hafalan Peserta Didik

MI NU Unggulan Paramadina

Membangun Citra Madrasah Sebagai Mitra Terpercaya Masyarakat

Ketidakkompakan Guru

Admin MI NU Unggulan Paramadina 3 weeks ago 81 views
Artikel Ketidakkompakan Guru


Ketidakkompakan Guru: Penghalang Kemajuan Sekolah yang Harus Diatasi

Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr


Kualitas sebuah sekolah bukan hanya ditentukan oleh sarana prasarana atau besarnya anggaran, tetapi lebih utama ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya, terutama para guru. Namun, persoalan yang sering muncul di banyak sekolah adalah ketidakkompakan guru dalam bekerja. Fenomena ini menjadi penghalang kemajuan sekolah, bahkan lebih serius daripada kekurangan fasilitas atau minimnya dana. Ketika guru tidak memiliki kekompakan, roda organisasi pendidikan berjalan tersendat dan tujuan peningkatan mutu hanya menjadi slogan.

“Sekolah akan maju jika gurunya bersatu,” begitu ungkapan klasik yang selalu digaungkan para pemimpin pendidikan. Namun, realitas di lapangan sering berlaku sebaliknya. Guru bekerja sendiri-sendiri, tidak saling mendukung, bahkan terjadi friksi personal yang menghambat langkah kolektif. Artikel ini mengurai akar persoalan ketidakkompakan guru dan strategi konkret untuk mengatasinya.

Ketidakkompakan Guru Bukan Masalah Sepele

Sebagian pihak menganggap ketidakkompakan guru hanya persoalan komunikasi, tetapi dampaknya jauh lebih dalam. Ketika kekompakan tidak terbangun, hal-hal berikut akan terjadi:

• Kolaborasi antarguru minim sehingga program sekolah berjalan lambat.

• Inovasi pendidikan sulit lahir, karena tidak ada sinergi.

• Lingkungan kerja tidak sehat, penuh prasangka dan saling curiga.

• Semangat kerja menurun, membuat kualitas pembelajaran ikut merosot.

• Perubahan dan adaptasi berjalan lambat, bahkan ditolak.

Dengan dampak seluas itu, ketidakkompakan tidak boleh dianggap persoalan biasa. Ia harus diselesaikan dengan pendekatan manajemen yang sistematis.

Akar Permasalahan: Dari Ego hingga Gaya Kepemimpinan

Ketidakkompakan guru dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Pertama, ego profesional yang berlebihan. Ada guru yang merasa paling berpengalaman, atau paling berhak menentukan arah kegiatan. Kedua, minimnya komunikasi, sehingga informasi mudah disalahartikan. Ketiga, persaingan personal yang kadang didorong oleh perbandingan dari luar (seperti pujian orang tua atau kepala sekolah).

Tidak kalah penting, faktor kepemimpinan juga memengaruhi. Kepala sekolah yang kurang komunikatif, tidak mampu menyatukan visi, atau terlalu otoriter dapat memicu friksi internal. Sementara itu, guru membutuhkan sosok pemimpin yang mampu menjembatani perbedaan dan menguatkan kolaborasi.

Dampak Nyata: Sekolah Terhenti, Siswa Dirugikan

Ketidakkompakan guru bukan sekadar masalah internal, tetapi berujung pada dampak nyata bagi sekolah dan siswa. Program sekolah yang seharusnya dijalankan Bersama, misalnya peningkatan literasi, penguatan karakter, pengembangan teknologi pembelajaran sering tidak berjalan karena guru tidak mau terlibat atau selalu menunda tanpa kesepakatan.

Siswa menerima dampak langsung. Mereka merasakan:

• Guru tidak harmonis.

• Iklim akademik kurang sehat.

• Proses pembelajaran menjadi formalitas.

• Kualitas layanan pendidikan menurun.

Jika kondisi ini berlangsung lama, sekolah kehilangan kepercayaan masyarakat, dan citranya merosot.

Perlunya Visi Bersama

Visi bersama adalah fondasi utama kekompakan guru. Sekolah yang tidak memiliki visi bersama akan berjalan seperti kapal tanpa kompas. Setiap guru memiliki persepsi dan tujuan berbeda, bahkan bertolak belakang.

Kepala sekolah atau kepala madrasah harus memastikan:

• Semua guru memahami visi dan misi sekolah.

• Ada tujuan kolektif yang disepakati bersama.

• Setiap program sekolah diarahkan menuju tujuan yang sama.

Visi yang dipahami bersama melahirkan motivasi bersama.

Komunikasi yang Membangun Kolaborasi

Komunikasi adalah kunci kolaborasi. Ketidakkompakan sering berawal dari miskomunikasi, prasangka, isu, atau kurangnya penyampaian informasi secara terbuka.

Strategi komunikasi yang efektif antara lain:

• Forum rapat yang dialogis, bukan sekadar formalitas.

• Diskusi terbuka yang mengakomodasi pendapat semua guru.

• Penyampaian informasi secara terbuka dan terstruktur.

• Penyelesaian konflik dengan pendekatan personal.

Dengan komunikasi sehat, guru tidak lagi bekerja dalam silo, tetapi saling menopang.

Kepemimpinan yang Mengayomi

Guru yang tidak kompak membutuhkan figur kepala sekolah yang mampu merangkul. Kepemimpinan inklusif menjadi kunci keberhasilan.

Pemimpin yang mengayomi harus:

• Mendengar aspirasi guru tanpa memihak.

• Menjadi penengah saat konflik terjadi.

• Memberikan penguatan positif ketika kerja sama terjalin.

• Menjadi teladan disiplin, integritas, dan profesionalisme.

Pemimpin yang sekadar memerintah tidak akan pernah bisa menyatukan guru. Tetapi pemimpin yang menjadi bagian dari tim akan melahirkan kekompakan.

Bangun Budaya Kerja Kolaboratif

Kekompakan tidak tercipta dalam waktu singkat. Ia harus dibangun melalui budaya kerja kolaboratif.

Beberapa strategi membangun budaya kolaborasi:

• Program kerja tim guru, bukan individu.

• Kelompok kerja mata pelajaran (MGMP internal).

• Evaluasi kinerja berbasis kontribusi tim.

• Kegiatan sosial guru di luar sekolah.

• Saling berbagi praktik baik (best practices) pembelajaran.

Ketika guru terbiasa bekerja dalam tim, ego personal redup, dan rasa kebersamaan tumbuh.

Mengapresiasi dan Memotivasi Guru

Motivasi adalah bahan bakar kekompakan. Guru yang merasa dihargai akan memiliki antusiasme positif dalam kerja sama.

Kepala sekolah dapat memberi apresiasi:

• Penghargaan kecil namun berarti (piagam, ucapan, publikasi).

• Perhatian moral atas kerja keras.

• Pengakuan publik pada guru yang berprestasi.

Apresiasi moral jauh lebih penting daripada insentif material. Banyak guru tidak menuntut uang, tetapi butuh penghargaan atas dedikasinya.

 Kekompakan Guru adalah Harga Mati

Sekolah akan sulit mengalami kemajuan tanpa guru yang kompak. Sebagus apapun program sekolah, tanpa kolaborasi guru, semuanya hanya menjadi rencana di atas kertas. Kekompakan guru adalah harga mati bagi kemajuan lembaga pendidikan.

Dengan membangun visi bersama, memperkuat komunikasi, menciptakan iklim kolaboratif, dan menumbuhkan kepemimpinan yang mengayomi, ketidakkompakan guru dapat diatasi. Jika guru kompak, sekolah maju; jika guru terpecah, sekolah stagnan.

Pada akhirnya, keberhasilan pendidikan adalah hasil kerja kolektif, bukan perjuangan individu. Guru yang bersatu akan melahirkan prestasi, menumbuhkan karakter baik siswa, dan membawa sekolah menuju masa depan yang lebih cerah.


Penulis: Lasdi, S.Ag., M.Pd.I., Gr

Kepala MI NU Unggulan paramadina

(Mahasiswa Program Doktor Unwahas-Konsultan Pendidikan dan Pemerhati Pendidikan )


Informasi

Berita Terkait

Peran Strategis Waka Kurikulum dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Artikel
10 hours ago 65

Peran Strategis Waka Kurikulum dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran

Peran Strategis Waka Kurikulum dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di balik kelas-kelas yang berjalan tertib, pembelajaran yang terencana, serta evaluasi yang teruk...

Selengkapnya
Pendidikan Anak Inklusi
Artikel
1 day ago 53

Pendidikan Anak Inklusi

Pendidikan Anak Inklusi: Merangkul Perbedaan, Menumbuhkan Harapan Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di sebuah ruang kelas yang sederhana, anak-anak duduk berdampingan dengan latar belakang dan kemampuan...

Selengkapnya
Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah yang Membuat Guru Nyaman  dan Berkinerja Optimal
Artikel
2 days ago 103

Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah yang Membuat Guru Nyaman dan Berkinerja Optimal

Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah yang Membuat Guru Nyaman  dan Berkinerja Optimal Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di sebuah madrasah yang hidup, suasana kerja bukan hanya ditentukan oleh kurikulum at...

Selengkapnya