Madrasah Hebat Lahir dari Kebersamaan, Bukan Persaingan
Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr
Dalam lanskap pendidikan yang kian kompetitif, madrasah kerap terjebak pada cara pandang sempit: lembaga lain dianggap pesaing yang harus dikalahkan. Paradigma ini tidak sepenuhnya keliru, tetapi menjadi problematis ketika persaingan berubah menjadi saling menjatuhkan. Padahal, sejarah dan nilai dasar madrasah justru mengajarkan sebaliknya, bahwa kebersamaan adalah sumber kekuatan, bukan kelemahan.
Tidak dapat dimungkiri, realitas sosial menempatkan madrasah dalam arena seleksi publik. Jumlah peserta didik terbatas, tuntutan mutu meningkat, dan kepercayaan masyarakat menjadi taruhan utama. Namun, menjadikan madrasah lain sebagai ancaman eksistensial justru berpotensi menggerus marwah pendidikan Islam itu sendiri. Pendidikan seharusnya menjadi ruang kolaborasi nilai, bukan arena konflik kepentingan.
Madrasah memiliki kekhasan yang tidak dimiliki lembaga pendidikan lain, yakni fondasi nilai keislaman. Nilai ukhuwah, ta’awun, dan fastabiqul khairat bukan sekadar jargon, melainkan prinsip hidup yang seharusnya tercermin dalam tata kelola kelembagaan. Ironisnya, nilai-nilai tersebut kerap berhenti pada tataran wacana, sementara praktik di lapangan justru menunjukkan sikap eksklusif dan saling curiga.
Padahal, kebersamaan antar madrasah dapat menjadi motor penggerak peningkatan mutu pendidikan. Dengan berbagi praktik baik, madrasah tidak harus memulai dari nol. Inovasi pembelajaran, penguatan manajemen, hingga strategi membangun kepercayaan publik dapat tumbuh lebih cepat ketika dijalankan secara kolektif. Kebersamaan bukan berarti menyeragamkan, melainkan saling melengkapi dalam keberagaman.
Persaingan sejatinya tidak harus dihapus, tetapi diarahkan menjadi kompetisi yang sehat. Madrasah tetap berlomba meningkatkan kualitas layanan pendidikan, namun dalam bingkai etika dan saling menghormati. Prestasi madrasah lain tidak dipandang sebagai ancaman, melainkan cermin untuk berbenah. Dari sinilah lahir budaya saling memotivasi, bukan saling mencurigai.
Lebih jauh, kebersamaan antar madrasah memberikan dampak positif bagi masyarakat. Orang tua dan publik akan melihat madrasah sebagai satu ekosistem pendidikan yang solid dan bermartabat. Ketika madrasah tampil kompak, kepercayaan masyarakat meningkat, dan stigma negatif akibat konflik internal dapat dihindari. Pendidikan Islam pun tampil sebagai kekuatan sosial yang menyejukkan.
Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia, kolaborasi antar madrasah membuka ruang peningkatan kompetensi guru dan tenaga kependidikan. Pelatihan bersama, diskusi pedagogik lintas lembaga, dan forum refleksi praktik pembelajaran akan memperkaya wawasan pendidik. Guru tidak lagi berjalan sendiri, tetapi tumbuh dalam komunitas belajar yang saling menguatkan.
Kebersamaan juga menjadi teladan nyata bagi peserta didik. Siswa belajar bukan hanya dari buku teks, tetapi dari sikap lembaganya. Ketika madrasah menunjukkan sikap inklusif dan kolaboratif, nilai-nilai persaudaraan dan sportivitas tertanam secara alamiah. Inilah pendidikan karakter yang hidup, bukan sekadar slogan.
Tantangan pendidikan ke depan semakin kompleks. Perubahan kebijakan, perkembangan teknologi, dan tuntutan global menuntut madrasah untuk adaptif dan inovatif. Dalam kondisi ini, berjalan sendiri-sendiri justru melemahkan. Sebaliknya, melangkah bersama akan memperkuat daya tahan dan daya saing madrasah secara kolektif.
Madrasah hebat tidak lahir dari konflik yang dipelihara, tetapi dari kebersamaan yang dirawat. Kehebatan madrasah bukan diukur dari seberapa jauh meninggalkan yang lain, melainkan seberapa besar kontribusinya bagi kemajuan pendidikan umat. Sudah saatnya madrasah meninggalkan ego sektoral dan membangun sinergi yang berkelanjutan.
Akhirnya, kebersamaan bukan pilihan kedua setelah persaingan, melainkan fondasi utama kemajuan. Madrasah yang mampu bersinergi akan lebih siap menghadapi tantangan zaman. Karena pada hakikatnya, kemajuan satu madrasah adalah kemajuan bersama, dan dari kebersamaan itulah madrasah-madrasah hebat akan lahir dan bertahan
Bulletin Paramadina News-Edisi Desember 2025 MI NU Unggulan Paramadina
Penulis: Lasdi, S.Ag., M.Pd.I., Gr
Kepala MI NU Unggulan paramadina
(Mahasiswa Program Doktor Unwahas-Konsultan Pendidikan dan Pemerhati Pendidikan )
Peran Strategis Waka Kurikulum dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di balik kelas-kelas yang berjalan tertib, pembelajaran yang terencana, serta evaluasi yang teruk...
Selengkapnya
Pendidikan Anak Inklusi: Merangkul Perbedaan, Menumbuhkan Harapan Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di sebuah ruang kelas yang sederhana, anak-anak duduk berdampingan dengan latar belakang dan kemampuan...
Selengkapnya
Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah yang Membuat Guru Nyaman dan Berkinerja Optimal Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di sebuah madrasah yang hidup, suasana kerja bukan hanya ditentukan oleh kurikulum at...
Selengkapnya