Beranda Pengumuman Login Berita FAQ
MI-NU-UP

MI NU UNGGULAN PARAMADINA

"Mewujudkan Pendidikan Yang Unggul, Berprestasi, Menguasai Iptek Dan Berakhlakul Karimah"

MI NU Unggulan Paramadina

Menciptakan Suasana Madrasah Yang Islami dan Mengamalkan Ajaran Ahlusunnah Waljama'ah

MI NU Unggulan Paramadina

Menyelenggarakan Pembelajaran Yang Aktif, Kreatif, Inovatif, dan Berwawasan Teknologi

MI NU Unggulan Paramadina

Menciptakan Madrasah Sebagai Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan Serta Peningkatan Akhlakul Karimah

MI NU Unggulan Paramadina

Menjadikan Al-Qur'an Menjadi Kajian Dan Hafalan Peserta Didik

MI NU Unggulan Paramadina

Membangun Citra Madrasah Sebagai Mitra Terpercaya Masyarakat

Membongkar Permasalahan Lembaga Pendidikan Menuju Kejayaan

Admin MI NU Unggulan Paramadina 3 weeks ago 70 views
Artikel Membongkar Permasalahan Lembaga Pendidikan Menuju Kejayaan

Membongkar Permasalahan Lembaga Pendidikan Menuju Kejayaan

Oleh Lasdi, S.Ag, M.Pd.I.,Gr

Di atas kertas, lembaga pendidikan seharusnya menjadi garda terdepan dalam mencetak generasi unggul. Namun, realitas di lapangan menunjukkan kisah yang jauh lebih kompleks. Di balik tembok sekolah dan ruang kelas, terdapat sejumlah persoalan yang menghambat perjalanan menuju kejayaan pendidikan nasional. Mulai dari lemahnya manajemen, minimnya inovasi pembelajaran, hingga tantangan kesejahteraan guru yang tak kunjung terselesaikan. Semua ini menjadikan dunia pendidikan seperti berlari di tempat bergerak, tapi tidak benar-benar maju.

Artikel ini mencoba mengurai persoalan tersebut secara jernih, sekaligus membuka jalan menuju perbaikan yang realistis dan berkelanjutan.

Manajemen Lemah: Akar Masalah yang Sering Diabaikan

Sejumlah pakar pendidikan menyebutkan bahwa manajemen lembaga adalah pusat kendali mutu pendidikan. Namun banyak lembaga Pendidikan, baik sekolah negeri maupun swasta masih terjebak pada pola kepemimpinan administratif, bukan kepemimpinan transformasional. Kepala sekolah lebih fokus pada laporan administratif ketimbang pengembangan kualitas guru dan budaya sekolah.

Di beberapa daerah, masih ditemukan lembaga yang tidak memiliki perencanaan strategis jangka panjang. Pengambilan keputusan dilakukan secara reaktif, bukan berdasarkan data. Akibatnya, program sekolah tidak memiliki arah yang jelas, dan kualitas pembelajaran dibiarkan berjalan seadanya.

Salah satu guru yang enggan disebutkan namanya mengaku bahwa di sekolahnya, rapat kerja hanya dilakukan sebagai formalitas. “Program sudah ada, tapi tidak pernah dievaluasi,” ujarnya. “Akhirnya guru bekerja tanpa panduan yang jelas.”

Minim Inovasi Pembelajaran

Era digital menuntut guru untuk menghadirkan pembelajaran kreatif dan relevan. Namun banyak guru masih bergulat dengan kesulitan mengadopsi teknologi, memahami kurikulum baru, atau menerapkan model pembelajaran berbasis projek.

Bukan semata karena guru tak mampu, tetapi lebih karena kurangnya pelatihan yang berkualitas. Workshop yang diselenggarakan sering hanya bersifat seremonial, tidak menyentuh kompetensi mendalam.

Situasi ini diperburuk oleh budaya sekolah yang tidak mendukung inovasi. Guru yang mencoba hal baru seringkali justru mendapat resistensi karena dianggap “merepotkan”. Akhirnya, pembelajaran kembali ke pola lama: ceramah, hafalan, dan ketergantungan pada buku paket.

Krisis Sarana dan Prasarana

Tidak sedikit lembaga pendidikan yang menghadapi keterbatasan sarana. Mulai dari ruang kelas yang rusak, fasilitas laboratorium yang tidak berfungsi, hingga jaringan internet yang lemah. Kondisi ini jelas menghambat proses pembelajaran yang ideal.

Di sejumlah sekolah swasta kecil, bahkan gaji guru harus didahulukan dibanding perbaikan fasilitas. Itu pun sering terlambat. Akibatnya, sekolah sulit berkembang dan semakin ditinggalkan masyarakat. Ketimpangan inilah yang membuat kualitas pendidikan kian bervariasi antar wilayah maupun antar lembaga.

Guru di Persimpangan: Antara Idealitas dan Realita

Guru merupakan jantung pendidikan. Namun banyak guru bekerja dalam kondisi yang jauh dari ideal. Beban administrasi menggunung, gaji tidak sebanding, dan tuntutan inovasi semakin tinggi. Guru harus mengajar, mengisi laporan, mengikuti pelatihan, sekaligus menghadapi tekanan dari orang tua dan masyarakat.

Kondisi ini membuat sebagian guru kehilangan semangat. “Kami ingin mengajar dengan hati, tapi tekanan administrasi membuat kami kelelahan,” kata salah satu seorang guru.

Selain itu, regenerasi guru stagnan. Banyak yang enggan masuk dunia pendidikan karena dianggap tidak menjanjikan. Di sisi lain, guru senior menghadapi tantangan adaptasi terhadap teknologi dan kurikulum yang terus berubah.

Persaingan Antar Lembaga: Antara Kualitas dan Gimmick

Dalam beberapa tahun terakhir, persaingan lembaga pendidikan semakin ketat. Banyak sekolah berlomba-lomba membuat program unggulan demi menarik minat masyarakat. Sayangnya, tidak sedikit yang hanya menciptakan “gimmick pendidikan” tanpa landasan substansi.

Label internasional, kelas unggulan, program bilingual, atau branding modern sering hanya berhenti pada slogan. Padahal keberhasilan pendidikan tidak ditentukan oleh label, melainkan kualitas proses belajar yang konsisten.

Tidak sedikit lembaga yang akhirnya mengalami over promise but under deliver menjanjikan banyak hal, namun tidak mampu mewujudkannya. Kepercayaan masyarakat pun perlahan menurun.

Jalan Menuju Kejayaan: Tidak Mudah, Namun Mungkin

Membongkar permasalahan hanya langkah pertama. Yang lebih penting adalah membangun kembali pondasi baru yang lebih kuat.

Beberapa solusi yang dapat menjadi rekomendasi:

1. Kepemimpinan Transformasional

Kepala sekolah perlu menjadi agen perubahan, bukan sekadar administrator. Mereka harus mampu memberi arah, memotivasi, dan menciptakan budaya sekolah yang positif.

2. Pelatihan Guru yang Berdampak

Workshop dan pelatihan harus dirancang sesuai kebutuhan guru, lebih praktis, dan berkelanjutan. Fokus pada kompetensi riil, bukan sekadar sertifikat.

3. Penguatan Sarana Pembelajaran

Prioritaskan perbaikan ruang kelas, akses internet, dan alat pembelajaran. Teknologi bukan sekadar alat, tetapi jembatan menuju literasi baru.

4. Transparansi dan Evaluasi Berkala

Setiap program harus berbasis data dan selalu dievaluasi. Lembaga yang sehat adalah lembaga yang mau mengoreksi diri.

5. Membangun Kepercayaan Masyarakat

Kejayaan lembaga pendidikan tidak datang dari slogan, tetapi dari konsistensi pelayanan dan kualitas pembelajaran. Ketulusan dan profesionalisme adalah modal utama.

Kejayaan lembaga pendidikan bukan mimpi yang mustahil. Namun untuk mencapainya, diperlukan keberanian untuk membuka luka, mengakui kelemahan, dan melakukan perbaikan secara sistematis. Jika lembaga pendidikan berani membenahi diri, meningkatkan kualitas guru, memperbaiki manajemen, dan memprioritaskan mutu pembelajaran, maka masa depan pendidikan yang gemilang bukan lagi harapan melainkan kenyataan yang dapat dirasakan.

Bulletin Paramadina News-Edisi Desember 2025 MI NU Unggulan Paramadina


Penulis: Lasdi, S.Ag., M.Pd.I., Gr

Kepala MI NU Unggulan paramadina

(Mahasiswa Program Doktor Unwahas-Konsultan Pendidikan dan Pemerhati Pendidikan )


Informasi

Berita Terkait

Peran Strategis Waka Kurikulum dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Artikel
10 hours ago 65

Peran Strategis Waka Kurikulum dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran

Peran Strategis Waka Kurikulum dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di balik kelas-kelas yang berjalan tertib, pembelajaran yang terencana, serta evaluasi yang teruk...

Selengkapnya
Pendidikan Anak Inklusi
Artikel
1 day ago 53

Pendidikan Anak Inklusi

Pendidikan Anak Inklusi: Merangkul Perbedaan, Menumbuhkan Harapan Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di sebuah ruang kelas yang sederhana, anak-anak duduk berdampingan dengan latar belakang dan kemampuan...

Selengkapnya
Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah yang Membuat Guru Nyaman  dan Berkinerja Optimal
Artikel
2 days ago 103

Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah yang Membuat Guru Nyaman dan Berkinerja Optimal

Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah yang Membuat Guru Nyaman  dan Berkinerja Optimal Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di sebuah madrasah yang hidup, suasana kerja bukan hanya ditentukan oleh kurikulum at...

Selengkapnya