Transformasi KKG: Dari Forum Rutin Menjadi Wadah Peningkatan Profesionalisme
Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr
Di banyak daerah, Kelompok Kerja Guru (KKG) selama ini kerap dipandang sebagai forum rutin yang berjalan apa adanya. Pertemuan mingguan atau bulanan sering kali hanya menjadi ruang administrasi, mendengar sosialisasi, atau sekadar memenuhi kewajiban program pemerintah. Namun, pemandangan itu kini mulai berubah. Perlahan namun pasti, KKG bertransformasi menjadi ruang dinamis untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru.
Transformasi ini berangkat dari kesadaran baru guru tidak bisa bekerja sendiri. Dunia pendidikan berkembang cepat. Tuntutan kurikulum berubah. Teknologi melaju tanpa memberi waktu untuk menoleh ke belakang. Di tengah dinamika itu, guru membutuhkan ruang kolaborasi yang hidup dan KKG adalah wadah paling dekat, paling murah, dan paling relevan untuk menjawabnya.
Dari Pertemuan Formal ke Ruang Belajar Sejati
Beberapa tahun terakhir, sejumlah KKG di tingkat sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah mulai menata ulang perannya. Jika sebelumnya agenda hanya berputar pada penyusunan perangkat pembelajaran, kini KKG mulai memasuki ranah yang lebih inti: peningkatan kompetensi.
Di KKG yang telah bertransformasi, pertemuan bukan lagi sesi mendengar, tetapi sesi praktik. Guru-guru membawa laptop, menyiapkan bahan, berdiskusi, bahkan mengkritisi praktik pengajaran sendiri. Modelnya lebih mirip workshop mini daripada rapat formal.
“Guru saat ini butuh praktik nyata, bukan teori berulang,” ujar salah satu ketua KKG di Jepara. Menurutnya, ketika guru dilatih menyusun asesmen autentik atau membuat media pembelajaran digital bersama-sama, hasilnya jauh lebih terasa dibandingkan sekadar membaca pedoman.
Kolaborasi: Kekuatan Baru KKG
Transformasi KKG juga ditandai dengan kolaborasi intens antar-guru. Jika dulu pengalaman mengajar sering dianggap sebagai urusan pribadi, kini guru justru terdorong membuka kelasnya untuk dipelajari bersama.
Sesi lesson study, peer teaching, dan micro teaching perlahan menjadi identitas baru KKG. Guru datang bukan untuk sekadar menonton presentasi, tetapi untuk melihat bagaimana rekan mereka mengajar, memberi masukan, dan saling menguatkan.
Model kolaborasi ini membuat KKG menjadi ruang aman bagi guru untuk belajar tanpa rasa takut dinilai. “Di KKG, kami bukan sedang menunjukkan siapa yang paling hebat, tetapi siapa yang paling ingin berkembang,” ungkap seorang peserta.
Teknologi Menjadi Penopang Perubahan
Perubahan besar lainnya adalah masuknya teknologi. Pandemi pernah memaksa guru untuk beradaptasi cepat, dan pengalaman itu tidak hilang begitu saja. Kini, banyak KKG memanfaatkan platform digital untuk memperluas akses belajar.
Mulai dari membuat Google Form untuk asesmen, memanfaatkan Canva untuk media pembelajaran, hingga mengelola Learning Management System (LMS) sederhana untuk kelas masing-masing—semua ini menjadi materi latihan KKG yang dulu tak pernah muncul.
Bahkan beberapa KKG membentuk sharing session daring mingguan. Guru yang tidak bisa hadir secara fisik tetap bisa mengikuti dari rumah. Teknologi pelan-pelan menghapus batas ruang.
Kurikulum Baru, Tantangan Baru
Transformasi ini semakin relevan ketika Kurikulum Merdeka diperkenalkan. Guru dituntut memahami differentiated learning, menyusun modul ajar, hingga menyusun asesmen berbasis kompetensi. Tugas yang tidak mudah jika dikerjakan sendiri.
Di sinilah KKG mengambil peran. Banyak KKG kini fokus pada pendalaman Kurikulum Merdeka: mendesain modul ajar yang kontekstual, merumuskan tujuan pembelajaran, dan mencoba model project based learning.
Guru menjadi kreatif. Ide-ide yang dulu hanya ada dalam bimbingan teknis kini benar-benar diujicobakan di lapangan. KKG menjadi ruang eksperimen yang aman, ilmiah, dan menyenangkan.
Dampak Nyata di Kelas
Transformasi KKG bukan sekadar perubahan konsep. Para guru merasakan dampaknya secara nyata. Pengajaran menjadi lebih bervariasi. Media pembelajaran semakin kreatif. Siswa menjadi lebih aktif.
Beberapa kepala sekolah bahkan mengakui, guru yang aktif di KKG biasanya memiliki kualitas pembelajaran lebih baik. Keberadaan KKG yang hidup menjadi indikator kualitas sekolah.
Bukan hanya itu, guru-guru mulai memiliki portofolio profesional yang jelas. Perangkat pembelajaran tersusun rapi. Produk karya inovatif bermunculan. Para guru merasa dihargai bukan karena administrasi, tetapi karena kompetensinya.
Tiga Pilar Transformasi KKG
Hasil pantauan lapangan menunjukkan setidaknya ada tiga pilar yang mendorong perubahan KKG:
1. Kepemimpinan Penggerak
Perlu figur ketua KKG yang visioner, disiplin, dan mampu menggerakkan anggota. Transformasi tidak lahir dari forum yang pasif, tetapi dari pemimpin yang menginspirasi.
2. Budaya Belajar Kolaboratif
Guru harus membangun budaya berbagi. Pengalaman terbaik menjadi bahan belajar bersama. KKG menjadi ruang untuk saling menguatkan, bukan ajang kompetisi.
3. Pemanfaatan Teknologi
Digitalisasi membuat KKG jauh lebih fleksibel. Dokumen dapat dibagikan, materi dapat disimpan, pertemuan bisa dilakukan kapan saja. KKG menjadi ruang belajar berkelanjutan.
KKG sebagai Mesin Penggerak Mutu Pendidikan
Transformasi KKG adalah sinyal penting bahwa guru Indonesia terus bergerak. Forum yang dulu dianggap rutinitas kini menjadi ruang pengembangan profesional yang strategis. KKG yang hidup akan melahirkan guru yang lebih bermutu, dan guru bermutu adalah kunci utama lahirnya generasi unggul.
Pada akhirnya, kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh kurikulum atau fasilitas, tetapi oleh guru yang terus belajar. Dan KKG adalah buktinya bahwa perubahan besar bisa dimulai dari ruang kecil, di mana guru duduk melingkar dan bersama-sama memilih untuk maju.
Bulletin Paramadina News-Edisi November 2025 MI NU Unggulan Paramadina
Penulis: Lasdi, S.Ag., M.Pd.I., Gr
Kepala MI NU Unggulan paramadina
(Mahasiswa Program Doktor Unwahas-Konsultan Pendidikan dan Pemerhati Pendidikan )
Peran Strategis Waka Kurikulum dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di balik kelas-kelas yang berjalan tertib, pembelajaran yang terencana, serta evaluasi yang teruk...
Selengkapnya
Pendidikan Anak Inklusi: Merangkul Perbedaan, Menumbuhkan Harapan Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di sebuah ruang kelas yang sederhana, anak-anak duduk berdampingan dengan latar belakang dan kemampuan...
Selengkapnya
Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah yang Membuat Guru Nyaman dan Berkinerja Optimal Oleh Lasdi, S.Ag.,M.Pd.I.,Gr Di sebuah madrasah yang hidup, suasana kerja bukan hanya ditentukan oleh kurikulum at...
Selengkapnya